Selasa, 16 Agustus 2011

Surat dari Bunda

Sayang,

Beberapa minggu terakhir ini, Bunda sering berpikir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Raja Salomo. Ia memiliki keluarga yang besar (1 Raja-Raja 11:1-3), tinggal di istana yang besar (1 Raja-Raja 7:1-12, 10:14-21), beribadah di bait yang besar (1 Raja-Raja 6:1-38, 7:13-51, 8:1-66, 9:25; 2 Tawarikh 3:2-7), memerintah kerajaan yang besar dengan populasi rakyat dan pasukan tentara yang besar (1 Raja-Raja 4:20-21), menciptakan sistem administrasi yang besar (1 Raja-Raja 4:1-19), terlibat dalam perdagangan internasional berskala besar (1 Raja-Raja 3:1, 9:26-28, 10:1-29, 11:28-29), menghasilkan jumlah uang yang besar (1 Raja-Raja 10:14-15,22), mencapai prestasi yang besar dalam bidang pertanian dan konstruksi bangunan (Pengkhotbah 2:4-7), riset dan pendidikan (Pengkhotbah 1:13), serta bidang hiburan dan seni (Pengkhotbah 2:1-3,8,10). Salomo membentuk golongan tersendiri dalam susunan masyarakat -- kaya, terkenal, dan bijak -- tidak ada orang yang menyamainya pada masa hidupnya (1 Raja-Raja 3:13; Pengkhotbah 2:9). Ia dikagumi, dihormati, dan orang dari berbagai tempat datang mengunjunginya dengan membawa berbagai hadiah yang mahal untuk mendengarkan perkataannya (2 Tawarikh 9:22-24).

Namun, Raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Ia memiliki 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik (1 Raja-Raja 11:1-8) -- sungguh suatu kesalahan yang besar. Tetapi bagi seorang yang pada masa mudanya begitu dikasihi Allah dan selalu berusaha mendahulukan Allah di atas segalanya, ternyata hal ini bukanlah suatu masalah yang besar (1 Raja-Raja 3:7-9). Masalahnya ketika Salomo menjadi tua, para istrinya membuat hatinya berpaling kepada ilah-ilah lain dan ia menjadi tidak setia kepada satu-satunya Allah yang benar (1 Raja-Raja 11:4). Ia tidak merasa bersalah dengan membangun mezbah-mezbah untuk ilah-ilah palsu dan menyembahnya (1 Raja-Raja 11:5-8). Tak heran bila Tuhan menjadi sangat marah kepada Salomo, padahal semua itu seharusnya tidak terjadi. Alkitab mencatat, Salomo mendapatkan tempat di hati Tuhan sejak saat ia dilahirkan (2 Samuel 12:24-25).

Ketika ayahnya meninggal, Salomo menjadi raja. Salah satu prioritasnya adalah beribadah kepada Allah dengan seluruh bangsa Israel di Gibeon, tempat Kemah Pertemuan Allah didirikan. Di sana, Salomo mempersembahkan seribu korban bakaran (2 Tawarikh 1:6). Malam itu Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan bertanya apakah yang diinginkannya. Salomo tidak meminta sesuatu bagi dirinya sendiri. Sebaliknya, setelah mengetahui bahwa Tuhan yang telah menempatkan ayahnya dan kini dirinya di atas takhta kerajaan, ia berdoa, "Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (1 Raja-Raja 3:5-9) Tuhan mengabulkan permohonan Salomo dan memberkatinya dengan "kekayaan dan kemuliaan" (1 Raja-Raja 3:12-13). Allah juga memberitahu Salomo, apabila ia berjalan dalam jalan-Nya dan menaati segala ketetapan dan perintah-Nya seperti yang dilakukan ayahnya, maka Allah akan memberinya umur panjang (1 Raja-Raja 3:14).

Ketika Salomo mempersembahkan "rumah Tuhan", yang dibangunnya menurut rencana ayahnya, Tuhan menampakkan diri kepadanya untuk kedua kalinya. Tuhan menerima doa Salomo dan menguduskan bait itu. Ia memberitahu Salomo, bila ia menjalani hidup yang saleh, Tuhan akan "meneguhkan takhta kerajaannya atas Israel untuk selama-lamanya" (1 Raja-Raja 9:1-8). Allah juga berkata, "Tetapi jika kamu ini dan anak-anakmu berbalik dari pada-Ku dan tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, maka Aku akan melenyapkan orang Israel dari atas tanah yang telah Kuberikan kepada mereka" (2 Tawarikh 7:17-22; 1 Raja-Raja 9:6-9).

Sebagai orang tua, sikap Salomo yang tidak setia kepada Allah adalah sebuah mimpi buruk (1 Raja-Raja 11:9-11). Engkau dapat mengambil pelajaran melalui peristiwa yang terjadi setelah kematiannya. Ketika anaknya menggantikannya di atas takhta, rakyat menghadap sambil mengajukan permohonan, "Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, maka sekarang ringankanlah pekerjaan sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami, supaya kami menjadi hambamu" (1 Raja-Raja 12:4).

Ada yang mengatakan, terlalu banyak mendapat hal yang baik dapat mendatangkan hal yang buruk. Apakah mungkin memang demikian setelah sekian waktu lamanya, Salomo membiarkan hikmat, kekayaan, dan kemuliaannya naik melebihi kepalanya? (Pengkhotbah 4:13) Apakah menurutnya ia mendapat pengecualian dalam ketetapan Allah? Misalnya, sekalipun Allah secara khusus melarang raja Israel untuk "memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda" (Ulangan 17:16), Salomo justru membanggakan kandang-kandang kudanya yang megah. Ia juga mengimpor kuda-kuda dari Mesir dan Kewe, dan mengekspornya kepada "semua raja orang Het dan kepada raja-raja Aram" (1 Raja-Raja 10:26-29).

Tuhan memberikan ketetapan dan peraturan lainnya, jauh sebelum bangsa Israel meminta seorang raja sama seperti bangsa-bangsa lain di dunia. Allah mengetahui apa yang akan terjadi dan Ia memberi umat-Nya pedoman yang teguh tentang hal memilih raja, dan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh raja (Ulangan 17:14-20). Tuhan menegaskan bahwa seorang raja Israel tidak boleh meniru kebiasaan yang berlaku pada masa-masa itu yaitu memiliki banyak istri (Ulangan 17:17). Pada masa itu seorang istri adalah sarana untuk memeteraikan perjanjian di antara raja-raja dan kerajaan. Salomo menikahi putri Firaun, raja Mesir dan membuat perjanjian dengannya (1 Raja-Raja 3:1). Ia juga membuat perjanjian dengan raja-raja lain. Salomo memiliki kekuasaan dan kesempatan untuk menaati Allah dan mengubah kebiasaan raja-raja lainnya. Namun, ia memilih untuk berkuasa dengan cara dunia dan ia semakin tenggelam di dalamnya.

Kekhawatiran akan kejatuhan anak ke dalam kekaburan rohani mencekam hati setiap orang tua yang peduli. Daud mengetahui hanya ada satu hal yang dapat mengubah tragedi tersebut. Ia memberi Salomo nasihat, "Kenallah Allah ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya." (1 Tawarikh 28:9)

Bunda berharap Salomo mau mendengarkan ayahnya dan Allahnya. Mungkin Salomo pun berharap ia dapat mendengarkan mereka. Dalam usia senja, Salomo menulis Kitab Pengkhotbah yang menimbulkan rasa sedih yang mendalam bagi pembacanya. Bagaimanapun, Salomo adalah orang yang paling bijak dalam dunia ini. Bunda ingin mengakhiri surat ini dengan doa, agar Tuhan memberikan engkau hati yang setia dan hati yang mau melayani-Nya dan mengenal-Nya seumur hidupmu (Pengkhotbah 12:13-14).

Sayang, Bunda.

Diambil dari:http://wanita.sabda.org/surat_dari_bunda

Senin, 25 Juli 2011

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup kita

Cerita ini diambil dari buku karangan Anthony De Mello

Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya. Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkanNya, maka orang berbondong2datang secara khusus ke sana untuk berdoa, berlutut patah dan menyembah, hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh sesak seperti pasar.

Di dalam gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari berada di atas kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan, ia pun merasa iba dan di dalam hati ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus. Pada suatu hari, sang penjaga pintu pun berdoa menyatakan harapannya itu kepada Yesus.

Di luar dugaan, ia mendengar sebuah suara yang mengatakan, "Baiklah! Aku akan turun menggantikan kamu sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik di atas salib itu, namun apapun yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah katapun." Si penjaga pintu merasa permintaan itu sangat mudah.

Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti Yesus yang dipaku di atas kayu salib. Karena itu orang2 yang datang bersujud, tidak menaruh curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian sebelumnya, yaitu diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan isi hati orang2 yang datang.

Orang yang datang tiada habisnya, permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga yang tidak rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun, demikian, si penjaga pintu itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus menepati janji sebelumnya.

Pada suatu hari datanglah seorang saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata kantung uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar itu kembali, namun terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara.

Selanjutnya datanglah seorang miskin yang sudah 3 hari tidak makan, ia berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan kantung uang yang ditinggalkan oleh saudagar tadi, dan begitu dibuka, ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan bukan main, "Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!" dengan amat bersyukur ia pergi.

Di atas kayu salib, "Yesus" ingin sekali memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun karena sudah ada perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara.

Berikutnya, datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yangjauh. Ia datang memohon agar Yesus memberkati keselamatannya. Saat hendak meninggalkan gereja, saudagar kaya itu menerjang masuk dan langsung mencengkeram kerah baju si pemuda, dan memaksa si pemuda itu mengembalikan uangnya. Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya, lalu keduanya saling bertengkar.

Di saat demikian, tiba2 dari atas kayu salib "Yesus" akhirnya angkat bicara. Setelah semua masalahnya jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu, dan si pemuda yang akan berlayar pun bergegas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal.

Yesus yang asli kemudian muncul, menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata, "TURUNLAH KAMU! Kamu tidak layak berada di sana!" Penjaga itu berkata, "Aku telah mengatakan yang sebenarnya, dan menjernihkan persoalan, apahkah salahku?"

"Kamu itu tahu apa?", kata Yesus. "Saudagar kaya itu sama sekali tidak kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan adalah pemuda itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda sampai ia ketinggalan kapal, maka si pemuda itu mungkin tidak akan kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya sedang tenggelam di tengah laut."


Ini seperti sebuah anekdot yang menggelikan, tapi dibaliknya terkandung rahasia kehidupan...

*Kita harus percaya bahwa semua yang kita alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun kemalangan, semuanya merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita, dengan begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan tetap bersuka cita.

*Sebab kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan buat kita.(Roma 8:28)

sumber : http://our-extraordinary-life.blogspot.com

Selasa, 01 Desember 2009

KAMIS MENABUR









Inilah sebagian kecil dokumentasi dari Kegiatan Kamis Menabur yg dilaksanakan oleh anak-anak sekolah minggu GKJ Purwodadi

Jumat, 27 November 2009

Gelagat

Selama tahun 2007-2009, GKJ Purwodadi mendasarkan arah pelayanannya dengan tema Mewartakan Kasih Allah atau Kerajaan Allah. Tanda-tanda nyata dari merasakan kasih Allah, menghargai martabat manusia dan menjaga keutuhan ciptaan.

Pada bulan ini, kita berada pada masa peralihan kepada pembaharuan tema pelayanan untuk beberapa tahun ke depan. Perjalanan GKJ Purwodadi juga seiring dengan Gereja-Gereja Kristen Jawa lainnya.

Adapun program atau rencana kerja yang akan disusun, penting bagi kita untuk menjadi sungguh-sungguh hidup. Sungguh-sungguh hidup artinya tidak menempatkan diri sendiri atau orang lain sebagai wayang atau mesin. Setiap orang biarlah menjadi "dirinya sendiri", setiap orang diakui keunikannya. Pengalaman dengan orang-orang tertentu di masa lalu, atau suara-suara dari masa lalu tidak perlu mengendalikan hidup kita dan mengganggu ketentraman kita. Kita akui bahwa setiap orang mempunyai kepentingan, maka kita tidak perlu merasa lebih baik atau lebih buruk dari orang lain. Mari mengasah diri supaya kepentingan kita itu selaras dengan panggilan menjadi murid Yesus, yakni menjadi sungguh-sungguh hidup dengan menjadi diri sendiri, berada pada saat kini dan berada di sini.

Selasa, 13 Oktober 2009

MASA PENGHAYATAN HIDUP BERKELUARGA 2009

Tema : Keluarga Peduli Lingkungan
Kegiatan
1. Ibadah pembukaan tanggal 11 Oktober 2009 di induk dengan petugas liturgi melibatkan ana-anak (pagi), pemuda (siang), remaja (sore). Dalam ibadah tersebut ada penambahan kantong persembahan untuk korban gempa di Sumatra.
2. Doa pagi di gereja setiap hari pada pukul 05.00 - 05.30 dari tanggal 12 - 24 Oktober 2009
3. Kamis menabur untuk anak-anak setiap hari Kamis pukul 14.00 - 16.00 dengan kegiatan berkebun sayur di tamanEden (timur gereja sebelan dalam)
4. Kerja bakti di gereja induk setiap hari Kamis pukul 14.00 - 16.00. Saat ini gereja induk sedangberjalan pembangunan kemar mandi dan pondasi konsistori.
5. Persekutuan doa/ sarasehan di kelompok/ blok/ pepanthan dengan bahan SEMAR atau mengcpy bahan dari buku panduan MPHB 2009 (bisa menghubungi petugas kantor gereja).
6. Persekutuan doa di rumah tangga. Anak-anak diberi kesempatan menulis pengalaman atau apa yang dirasakan saat terlibat dalam persekutuian doa keluarga. Tulisan anak-anak tersebut dihimpun melalui majelis blok untuk dibacakan pada saat perjamuan kasih penutupan MPHB di kelompok/ blok/ pepanthan. Bahan persekutuan doa bisa mencopy dari buku panduan MPHB 2009 (bisa menghubungi petugas kantor gereja).
7. Sepeda santai rutin setiap bulan jatuh pada hari Minggu 25 Oktober 2009, berkumpul di gereja induk pada pukul 10.00.
8. Perjamuan kasih penutupan MPHB di kelompok/ blok/ pepanthan masing-masing, waktu menyesuaikan.
9. Ibadah penutupan di gereja pada hari Minggu 25 Oktober 2009. Jika ada penambahan kantong persembahan untuk LPPS Sinod GKJ-GKI Jateng.

SEJARAH PERJALANAN GKJ PURWODADI

GKJ (Gereja Kristen Jawa) Zending Purwodadi ditetapkan sebagai gereja dewasa pada tanggal 25 Agustus 1935.. Pdt. Soekadi ditunjuk untuk mengasuh gereja ini. Kemudian pada tahun 1942 terjadi kekosongan penggembalaan di Pos Zending Purwodadi akibat masuknya tentara Jepang. Tugas penggembalaan akhirnya dilaksanakan oleh Bp. RJ Mangoentenojo, yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala SD Kristen Purwodadi. Sedangkan untuk pelayanan sakramen dilaksanakan oleh Pdt. J Siswodarmo dari GKJ Kaliceret dan Pdt. R Ronodiharjo dari GKJ Tempurung.



Pada tangal 27 Maret 1950, Pdt. Tabri Wirjawasita ditahbiskan sebagai pendeta konsulen untuk GKJ Zending Purwodadi. Dan pada tahun 1957 karena tuntutan perkembangan jemaat, GKJ Purwodadi memanggil pendeta atas diri Bp. RJ Mangoentenojo. Setelah itu pada tahun 1966 dilaksanakan pemanggilam pendeta yang kedua, yaitu Ds. Paulus Manase.

Pada tangal 27 November 1970 Bp Rj Mangoentenojo meninggal dunia dan setahun kemudian Bp. Paulus Manase juga meninggal dunia pada tanggal 31 Agustus 1971. Maka untuk sementara pelayanan sakramen dan pemeliharaan jemaat dilaksanakan oleh Pdt. Tabri Wirjawasita, yang kemudian digantikan oleh pendeta konsulen dari Yogyakarta, yaitu Bp. Ds. Poerbowijogo, SH. Kemudian pada tanggal 8 September 1978, Paulus Pudjaprijatma, S.Th ditahbiskan sebagai pendeta GKJ Purwodadi.



Delapan belas tahun kemudian, pada tanggal 8 September 1996, R. Tyas Budi Legowo, S.Th ditahbiskan sebagai pendeta GKJ Purwodadi. Dan sepuluh tahun kemudian pada tanggal 8 September 2006, Dwi Ariyanto, S.Th ditahbiskan sebagai pendeta GKJ Purwodadi berikutnya.